ilustrasi bus |
JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam catatan akhir tahun 2011 yang disampaikan DPRD DKI Jakarta, Jakarta menduduki peringkat ketiga kota paling polutif sedunia setelah Mexico City dan Bangkok.
Ketua DPRD DKI Jakarta Ferrial Sofyan menjelaskan, sektor transportasi menyumbang 70 persen dari total emisi pencemar oksida nitrogen (NOx) dan sektor industri menyumbang 70 persen dari total emisi pencemar sulfur dioksida (SO2). Kedua hal tersebut yang membawa Jakarta menempati urutan ketiga kota paling polutif sedunia.
Ferrial mengatakan, saat kota-kota besar di Asia sudah membangun kota di dalam hutan, Jakarta malah masih tertinggal membangun hutan di dalam kota. "Saat ini Pemprov DKI Jakarta baru menyediakan 20 persen ruang terbuka hijau (RTH) yang dibagi 14 persen untuk publik dan enam persen untuk masyarakat atau privat. Ini masih kurang dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang mewajibkan daerah mengalokasikan 30 persen RTH," ujar Ferrial, Kamis (29/12/2011).
Ferrial menuturkan, pihaknya sudah menerima laporan bahwa Pemprov DKI Jakarta menargetkan penambahan RTH seluas 22,8 hektar pada tahun 2012. Menurut dia, hal tersebut menunjukkan Pemprov DKI Jakarta serius ingin menambah RTH di Jakarta agar sesuai dengan amanat undang-undang. Namun, ia mencatat, saat ini perlu dikembangkan strategi pengembangan hunian vertikal dibanding horizontal untuk mempercepat pengembangan kawasan RTH kota.
"Saat ini Jakarta sudah kehilangan RTH seluas 12 kali Taman Monas karena pembangunan masih menganut konstruksi hunian horizontal. Konstruksi horizontal membuat RTH semakin menyempit," kata Ferrial Sofyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar