JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar residensial selama triwulan 2011 ini dilaporkan tumbuh secara positif. Ke depan, tren penjualan apartemen akan meningkat sebagai kompensasi makin parahnya kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle – Procon mengatakan, tren ke depan untuk penjualan kondominium sangat diminati. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan akan hunian yang dekat dengan tempat beraktivitas, seperti kantor atau sekolah. "Tren ini sebagai kompensasi dari semakin parahnya kemacetan lalu lintas di ibukota. Tren ini mengemuka, karena tidak ada solusi mengatasi kondisi kemacetan," katanya kepada KOMPAS.com, Rabu (12/10/2011).
Dia menambahkan, total penjualan kondominium baru dalam sembilan bulan pertama 2011 telah mencapai 6.000 unit. "Bila dibandingkan dengan tahun lalu, secara keseluruhan hanya mencetak penjualan sebanyak 3.760 unit," ujarnya. Saat ini, permintaan masih terkonsentrasi pada pasar kelas menengah atas. Ke depan, untuk menarik minat pasar, rentang harga dipasang pada harga Rp 400 - Rp 800 Juta. "Pengembangan hunian untuk kelas menengah bawah terkendala harga tanah yang semakin tinggi. Tapi, bisa jadi, rusunami atau anami menjadi alternatif pasar ke depan," katanya.
Dalam laporan triwulan III tahun 2011, konsultan properti Jones Lang LaSalle – Procon memaparkan tren tinggal di kota kini tak sekedar pilihan. Tren ini didukung data yang dirilis Dinas Perhubungan DKI Jakarta, bahwa pada 2002 perjalanan komuter Jakarta-Bodetabek mencapai 7,3 Juta perjalanan/hari, tahun 2010 meningkat menjadi 9,9 juta perjalanan/hari, dan diprediksi pada tahun 2020 meningkat menjadi 13 juta perjalanan/hari.
Sementara itu, dari data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan pribadi meningkat tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan di Jakarta. tercatat tahun 2010, kepemilikan kendaraan pribadi mencapai 11 juta unit, dengan kepemilikan mobil pribadi sebanyak 3.118.050 dan sepeda motor sebanyak 8.244.346.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar