detikFinance. Jakarta - Penurunan BI Rate 25 bps menjadi 6,5%% direspon positif perbankan dalam negeri. Pengaruh yang paling terasa adalah penurunan bunga kredit perumahan (KPR), sehingga semakin banyak masyarakat yang mampu mencicil rumah.
Demikian disampaikan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiatmadja di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (11/10/2011). "Positif, bunga turun kemungkinan KPR. Kita kan 7,5% (bunga KPR BCA). Itu langsung regional mengalami kenaikan permintaan 38-60%. Artinya bunga turun, murah, maka masyarakat yang mampu menyicil lebih banyak. Bisa sejahtera, jadi umumnya positif," jelasnya.Ia menambahkan, penurunan BI rate dari 6,75% menjadi 6,5% merupakan sinyal selarasnya tingkat bunga dengan inflasi yang tergolong rendah. "Jadi inline dengan pergerakan inflasi. Terlepas dari kondisi global dan problem tersebut, tapi di Indonesia, inflasi tetap dikendalikan," ungkap Jahja.
Pengaruh turunnya suku bunga juga menjadikan ekonomi lebih bergairah, juga disampaikan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini. Meski demikian turun 25 bps, dianggapnya tidak terlalu besar, namun bisa memicu pertumbuhan.n"Positif, mudah-mudahan suku bunga juga turun. Cost of money turun, efeknya baik. Untuk slowdown kredit, tidak. Kami yakin BI telah mempertimbangkan," tegas Zulkifli.
Dampak yang kurang disukai adalah kemungkinan turunnya bunga deposito perbankan, akibat BI rate yang terdepresiasi. "Memang tergantung dari masing-masing bank. Kalau mereka tergantung pada funding deposito, maka bunga deposito turun. Kalau nggak, ya tinggi. Kita (BCA) lebih banyak funding tabungan dan giro," timpal Jahja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar